FF ONESHOOT -MIMIZUKU-
Note: Ini FF intermezzo aja deh, ya :)
Gak tau kenapa pengen bikin cerita dengan tema CHINGU..
Hhehehe.. Okelah chingudeul :)
Dibaca yah FF singkat ini.. semoga menghibur :D
*Please leave a comment after read it :)*
Author: Dhyloza Nandha
Main Cast:
- Kwon Sohyun 4Minute
- Son Dongwoon B2ST
"Gomapseumnida, sonsaengnim..." ucapku seraya membungkukkan badan pada Mr. Kim-Guru Olahragaku-yang akhirnya memberiku izin untuk ke ruang kesehatan. Bukannya aku merasa sakit atau tidak enak badan, tapi aku merasa seperti ada segerombolan gajah yang sedang bermain ayunan di kelopak mataku. Aku mengantuk =o=, semalaman aku tidak bisa tidur karena membuat naskah komik yang harus aku kirim ke editor nanti sore, dan aku pikir aku bisa tidur sebentar disana sengan alasan terkena migran mendadak..kkkkkk... Aku berjalan pelan sambil sesekali menutup mataku yang terasa berat, tiba-tiba sesuatu mengenai kakiku.
"Ya!! Sohyun.. Bola..!" teriak seorang namja dari arah lapangan, kedua tangannya dilambai-lambaikan ke atas.
Aku hanya menatapnya heran, kenapa tidak ia ambil saja sendiri. Memangnya aku pembantunya apa?? Aku tidak menghiraukan teriakan-teriakan mereka yang meminta pertolongan dengan sangat memaksa dan melangkah pergi tanpa menyentuh bola basket itu.
"Dasar kau, tidak bisa diandalkan.." ucap seorang namja kemudian. Suaranya terdengar lebih dekat. Kata-kata sinisnya membuatku berbalik badan, dan memang, ada seorang namja yang berdiri dibelakangku sambil memeluk bola basket disampng lengannya.
"Mwo.. Apa kau bilang??"
"Kau.. Penyendiri payah yang tidak pernah bisa diandalkan. Arra??"
Mendengar ucapan Dongwoon yang sangat dingin dan sinis itu, rasa kantuk itu seketika hilang, lenyap digantikan oleh rasa kesal yang amat sangat. Aku mencengkeram erat celana olahragaku, bersiap untuk mencengkeram hidung onta arap ini, tapi dasar emang sial, dalam langkah ketiga aku terpeleset jatuh hingga berlutut di depan kaki Dongwoon.
"Aigho! Neo gwenchana??" tanya Dongwoon yang kemudian membantuku berdiri. Nada suaranya terdengar khawatir, sama sekali tidak bermaksud mengejek. Sementara teman-teman yang berada di lapangan sudah sibuk melakukan lomba tawa terheboh.
"Sseoloeonghaeeeeee!!!!!" teriakku kesal pada mereka, tapi tetap tidak mampu untuk menyumpal mulut besar mereka.
"Kau bisa berdiri?" tanya Dongwoon kemudian.
"Aigho, appayeo..!" keluhku ketika berusaha untuk berdiri. "Ini gara-gara kau!!" bentakku kemudian pada Dongwoon.
"Mwo?? Aku? Kau berlari atas kemauanmu sendiri, dan aku tidak menyuruhmu kan?"
"Tapi kau mengejekku!"
"Tapi itu kenyataan! Apa kau tidak sadar kalau kau memang penyendiri yang payah, hah??" bentak Dongwoon tak kalah keras, membuat Mr. Kim menghampiri kami berdua.
"Muosul Haeyo??" tanya Mr. Kim sesampainya di tempat aku terduduk lemas. Dongwoon yang mendengar suara Mr. Kim langsung bangkit, sedangkan aku masih terduduk sambil memegangi kakiku yang terkilir.
"Kau kenapa, Sohyun? Bukannya kau izin padaku ke ruang kesehatan untuk istirahat?"
"Saya terpeleset, sonsaengnim. Dan sepertinya kaki saya terkilir.."
"Aaa.. Dongwoon, cepat bantu Sohyun keruang kesehatan, dia tidak bisa kesana sendirian dengan kakinya yang terkilir."
"Mwoo?? Nae?? T..tapi..." bahasa tubuh Dongwoon terlihat menolak.
"Ppalli kapsida!!"
"N..nee, sonsaengnim...." Dongwoon terlihat pasrah lalu membopongku menuju ke ruang kesehatan.
#UKS#
"Gomawo.." ucapku datar setelah sampai di ruang kesehatan. Tapi Dongwoon hanya diam dan melangkah pergi ke ambang pintu. Kepalanya celingukkan mencari sesuatu di koridor depan. Saat merasa tidak menemukan apapun, dia kembali berjalan ke arahku.
"Sepertinya para pengurus tidak ada disini, kau obati saja lukamu itu sendiri." ucapnya sambil berlalu.
"Oediga?? Aku tidak bisa mengobatinya. Aku terkilir, bukan tergores, babo!"
"Mwoo?!" teriak onta arab itu tidak terima.
"Kau tidak perlu mengikuti pelajaran olahraga, aku tau kau ini sangat payah dalam hal olahraga, jadi ikut atau tidaknya kau pasti tidak akan berpengaruh pada nilaimu. Arra???" ucapku sambil memakai gaya bicara Dongwoon yang mencibirku tadi.
"Kauu!!" Dongwoon semakin tidak terima dan melangkah cepat kearahku. Tangannya yang panjang meraih kaki kiriku yang terkilir dan menyeretnya kebawah. Mencoba membalas dendam.
"Aighoooooooo!! Appayeoo!!!" teriakku mengambarkan rasa sakit yang luar biasa.
"Ehh? Benar-benar sakit?? Kau serius?" tanya Dongwoon mulai panik. Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya bisa menangis merasakan rasa nyeri di kakiku yang semakin menjadi-jadi. Lalu aku merasakan tangan Dongwoon melepas sepatu kiriku, memegang telapak kakiku dengan lembut, memeutar dan memijatnya dengan pelan.
"Sakit?" tanya Dongwoon santai.
Aku menjawabnya dengan gelengan. Rasa nyeri itu berangsur menghilang. Aku merasa lebih baik.
"Mianhae.." ucapnya kemudian, suaranya terdengar sangat lembut ditelingaku. Aku tertarik untuk melihat matanya yang masih terfokus pada telapak kakiku. Ah, ternyata dia tampan juga... Opps, apa-apaan aku ini??
"Ne, gwenchana~" ucapku setengah sadar.
Suasana hening sesaat setelah ucapanku berakhir.
"Kenapa kau selalu sendirian, Sohyun?" tanya Dongwoon memulai dialog baru, dengan topik yang benar-benar membuatku kaget.
"Molla.."
"Sepertinya kau bahagia dengan kesendirianmu itu. Kau bangga dengan itu?" tanya Dongwoon dengan tatapan yang..ah, membuatku serasa ingin mati. Mempesona.
"Apa yang membuatmu berkata seperti itu? Aku bahkan tidak pernah memikirkannya."
Dongwoon terlihat salah tingkah setelah mendengar ucapanku. Apa mungkin kata-kataku tadi secara tidak langsung bertanya kenapa dia memperhatikan aku?? Benarkah seperti itu?? Aigho, mulutku ini benar-benar lancang!
"Yah.. Semua orang di sekolah tau, kau ini komikus muda yang berbakat."
"Lalu?"
"Aku tertarik dengan nama penamu. 'MIMIZUKU' dalam bahasa jepang berarti burung hantu kan? Burung hantu itu hewan yang paling suka menyendiri.. Sepertimu.."
Hah?? Dia mengetahui itu?? Aku sungguh tidak percaya, Dongwoon adalah seorang haksaeng pindahan dari Pusan 1,5 bulan yang lalu. Dan selama 1,5 bulan itu, kami tidak pernah dekat satu sama lain.
"Untuk anak baru sepertimu, kau teralu banyak tau, yah.." jawabku sambil tersenyum kecil.
"Bagaimana tidak? Burung hantu..." ucap Dongwoon sambil tersenyum. Saat melihat Dongwoon menampakkan barisan gigi yang rapi dan putih itu, rasanya segerombolan sirkus sedang bermain trampolin di jantungku. Dugeundugeun...
"Aku merasa tidak menemukan teman yang bisa memberiku inspirasi dan dukungan terhadap apa yang aku suka. Jadi kukira, aku tidak akan pernah membutuhkannya." ucapku menjawab pertanyaan Dongwoon semula.
"Tapi nyatanya kau tidak akan pernah bisa melalui hari-hari yang indah tanpa seorang teman, bukan? Kau adalah seoarang pembohong besar jika menjawab tidak!"
Kalimat ancaman Dongwoon membuatku terkekeh.
"Yah.. itu benar.. Lalu apa yang harus kau lakukan? Kau punya saran??"
Eh? Kenapa suasana menjadi sedikit romantis begini?? Aku tersenyum...
"Jadilah temanku.. Kurasa kau cukup menarik untuk dijadikan teman.. Chingu??" ujar Dongwoon sambil menyodorkan jari kelingkingnya kearahku.
"Kau ini, aku memang akan menjadi teman yang menarik untukmu. Tapi apa kau bisa menjadi inspirasi dan motivator untuk karya-karyaku??" cibirku pada Woonie.
"Yah.. Aku yakin aku bisa menjadi motivatormu itu."
"Bagaimana bisa?" ucapku sedikit heran. Namja ini trenyata sedikit narsis.
"Danggeun.. Karena aku cukup tinggi untuk menjadi pohon tempat sang burung hantu bertenger dan menyendiri di sepanjang malam yang gelap. Jadi bagaimana? Chingu??" ucap Dongwoon sambil menyodorkan jari kelingkingnya lagi.
Aku sedikit tersanjung dengan ucapanya itu, yang mungkin membuat wajahku seperti tomat merah yang manis.
"Ne, chingu..." ucapku sambil melingkarkan kelingkingku di kelingking Woonie.
Walaupun hanya teman, aku merasa ada ruang kosong dihatiku yang mulai terisi oleh kehadiran Dongwoonie..
Naui Chingu...
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar